Antara Anies Baswedan Dan Penyidik, Mushalla Kecil Itu Jadi Saksi



Kabogor.id- Manusia boleh berencana dan merekayasa, tapi Tuhan penentu takdirnya. Banyak peristiwa tak terduga telah menyadarkan betapa Tuhan ada dan hadir dalam kehidupan kita. Dengan iman, ada kepasrahan dan petunjuk jalan. Iman menuntun dan memberi kemampuan untuk menjemput keputusan takdir-Nya. Pahit-manis dan suka-duka, itu hanya panampakan di dalam perasaan manusia belaka. Karena hakekat hidup adalah kejujuran.


Allahu Akbar… Allahu Akbar… Adzan takbir itu hanya bisa dirasakan oleh hati yang di dalamnya Tuhan diberikan tempat. Tuhan tak hadir pada manusia yang tak butuh dan mendengar suara takbir-Nya.


Mushalla kecil di pojok ruangan Polda Metro Jaya jadi saksi. Di sela-sela pemeriksaan, Anies datang menyambut panggilan itu. Kali ini bukan polisi yang panggil, tapi Tuhan. Allah Pemilik Semua Istana. Istana langit atau istana merdeka. Ditinggalkannya para penyidik, lalu Anies datang ke tempat dimana takbir itu memanggil.


Tak ada yang bisa menghalangi penguasa alam ini berkehendak. Anies keluar dari ruang pemeriksaan dan melangkah ke mushalla kecil itu. Ambil air wudhu, lalu shalat dhuhur empat raka'at. Begitu juga saat waktu ashar tiba.


Panggilan Tuhan tetap yang utama. Otentik, tanpa rekayasa. Anies datang tanpa beban, karena Tuhan yang memanggil itu sungguh Maha Adil dan Penyayang. Arsy Tuhan beda dengan istana manusia yang sarat intrik dan tekanan.


Matahari merangkak pulang, gelap datang merayap tanda waktu magrib tiba. Adzan lagi-lagi berkumandang. Muadzin di mushalla mensosialisasikan takbir Tuhan. Ayo Shalat. Waktunya menghadap Tuhan, kata muadzin itu. Keluar dari ruangan, Anies menghadapi ke mushalla. Sampai di Mushalla, Gubernur DKI ini didaulat jadi imam.


Jika anda jadi imam shalat dhuhur dan ashar, perlu takut. Karena gak ada yang tahu bagaimana kualitas bacaan anda. Salah benar, hanya Tuhan yang tahu. Mungkin anda sendiri gak tahu. Tidak perlu ragu. Orang juga gak tahu anda paham atau tidak arti ayat yang anda baca. Yang penting, penting, jumlah raka'at anda benar. Usahakan takbir dan agak sedikit fasih. Jika ada kamera sedang menyorotiot anda.


TAPI, jika anda ditawari jadi imam shalat magrib, anda harus ukur diri. Tajwid, fashahah dan penghayatan makna mesti anda perbaiki dulu sebelum anda menyanggupi tawaran itu. Jangan gara-gara kamera, anda mau terima tawaran dan tidak peduli kemampuan defisit.


Tak ragu, tak ada dulu, Anies maju dan jadi imam shalat magrib. Nampak memang ia terbiasa jadi imam. Baik imam shalat, maupun imam di luar shalat. Allahu Akbar, shalat dimulai.


Di raka'at pertama, Anies membaca al-Fatihah. Ini bacaan wajib. Tanpa al-Fatihah, tidak sah shalatnya. Kecuali bagi pengikut mazhab Hanafi. Setelah membaca al-Fatihah, Anies membaca surat al-Insyirah. Ini surat pilihan.


Mengapa Anies memilih surat al-Insyirah? Kita tahu tentang kandungan apa di dalam surat al-Insyirah itu. Dari situ kita akan bisa membaca apa maksud Anies memilih untuk membaca surat ke-94 ini.


Surat al-Insyirah: “Tidakkah Kami (Allah) telah melapangkan dadamu. Dan Kami telah meletakkan darimu bebanmu. Yang telah membebani punggungmu. Dan Kami telah tinggikan namamu. Sesungguhnya di dalam kesulitan ada ada. Sesungguhnya di dalam kesulitan ada ada. Jika kamu sudah selesai, menyelesaikan pekerjaan. Dan kepada Tuhanmu berharapnya ”


Surat al-Insyirah menjelaskan pertama, tentang perlunya kelapangan dada. Kedua, kelapangan dada membuat semua beban ditanggalkan. Ketiga, dari situlah sebuah nama akan diangkat dan ditinggikan. Keempat, bahwa setiap kesulitan selalu ada dalam dua kali kesempatan narasi ini dalam surat itu. Berarti, ini sunnatullah. Kelima, perintah untuk melanjutkan. Selesai satu urusan, urusan lain. Jangan diratapi. Gak boleh baper. Ketujuh, tetap rendah hati, dan menyadari bahwa semua itu Tangan Tuhan yang menggerakkan. Karena itu, jadikan Tuhan sebagai kiblat dan arah tujuan.


Kandungan surat al-Insyirah yang sengaja dipilih Anies di raka'at pertama kali seolah menggambarkan situasi obyektif yang sedang dihadapinya. Ada kesadaran bahwa untuk menghadapi masalah perlu berlapang dada. Dengan begitu, semua kesulitan akan menjadi mudah. Badai akan berlalu, dan bersegeralah untuk melanjutkan, kemudian melanjutkan tugas berikutnya. Kalau peristiwa ini menyebabkan banjir dukungan dan nama makin ditinggikan, itu bonus, ayat itu telah mengkonfirmasinya.


Anies sepertinya mengerti betul akan kandungan makna dari surat yang dibacanya. Faktual dan kontekstual. Tepat dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dari surat ini, sepertinya Anies referensi sebagai pondasi dan referensi untuk menghadapi masalah yang sedang menimpanya.


Raka'at kedua Anies membaca al-Fatihah lagi. Ini surat yang wajib dibaca. Setelah membaca al-Fatihah, Anies membaca surat al-Baqarah 286, sebagai ayat pilihan.


Surat al-Baqarah 286 berbunyi: “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ada pahala untuk kebajikan yang diperbuatnya, dan ada siksa untuk kejahatan yang ... ”Membaca ayat ini Anies sepertinya sadar pertama, betapa Tuhan selalu bertindak proporsional. Mengukur kemampuan sebelum pelajaran itu diturunkan kepada setiap hamba. Kedua, benar-salah dan baik-buruk, semua akan dipertanggungjawabkan.


Membaca ayat ini memberi keyakinan dan optimisme Anies bahwa setiap masalah pasti bisa diselesaikan. Karena itu, hadapi saja. Jangan pernah lari dan hindari masalah. Apakah itu masalah beneran atau direkayasa, hadapi. Toh salah-benar dan baik-buruk, sejarah akan membuka dan pasti akan meminta tanggung jawabnya.


Anies hadir di Polda Metro Jaya, tepat waktu. Meski pemanggilan terkesan tergesa-gesa dan mendadak, Anies datang, hadapi dan jawab 33 pertanyaan. Rakyat menunggu sejarah membuka fakta-fakta yang sebenarnya.


Dua surat pilihan yang dibaca Anies dalam shalat magrib bisa jadi “rujukan” bagi setiap warga negara yang dipanggil dan sedang menghadapi penyidik. Di dalam kedua surat itu, selain bicara kemudahan, juga menyinggung soal salah dan benar yang masing-masing ada tanggung jawabnya.


Dr.Tony Rosyid, Jakarta, 19 Nopember 2020

Posting Komentar untuk "Antara Anies Baswedan Dan Penyidik, Mushalla Kecil Itu Jadi Saksi"